Halaman

Kamis, 11 November 2010

Sukarno dan Fatmawati di Bengkulu

Fatmawati lahir di Kota Bengkulu, 5 Februari 1923 dari pasangan tokoh Muhammadiyah Bengkulu, Hasan Din dengan Siti Chadijah.
Kisah cinta Fatmawati dan Soekarno bermula dari pengasingan Soekarno beserta tokoh-tokoh lain. Selama dalam pengasingan Soekarno tinggal di sebuah rumah yang beralamat di Anggut Atas. Daerah tersebut kini lebih dikenal sebagai jalan Soekarno Hatta.
Saat pertama kali tiba di Bengkulu Soekarno tak tertarik dengan kota ini. Dalam pengamatannya ia melihat hanya sebagai kecil yang sepi dan bergunung-gunung. Waktu itu kebanyakan penduduknya kebanyakan Muslim ortodok dan semua cuek pada Soekarno. Namun ternyata diantara mereka ada satu orang yang memberikan perhatian khusus pada Bung Karno. Seorang kepala sekolah Muhammadiyah setempat bernama Hassan Din. Hassan sering datang berkunjung bersama seorang anak perempuannya yang kurus ke rumah kediaman Bung Karno.


Karena sudah terjalin hubungan suatu saat Hassan Din meminta Bung Karno mengajar di sekolahnya. Pesannya boleh mengajar semua hal asalkan bukan hal-hal berbau. Bung Karno pun menyetujui dan berjanji hanya akan cerita tentang Muhammad sosok nabi yang sangat mencintai tanah airnya.
Ternyata salah satu siswa yang diajar Bung Karno adalah Fatmawati, putri Hassan sendiri. Waktu itu Fatmawati sudah nampak sebagai gadis kecil yang cantik. Ia sangat dekat dengan Bung Karno dan suka menanyakan banyak hal tentang agama. Namun Bung Karno menganggap anak-anak didik itu sebagai anak sendiri. Sebelumnya Bung Karno pernah menikah dengan Inggit. Namun ia tak punya keturunan dari Inggit Garnasih.

Ternyata bermula dari itu Bung Karno mulai disenangi para orang tua. Makin lama timbul keakraban diantara mereka. Mereka tidak hanya menganggapnya sebagai sahabat, tapi juga semacam guru spritual kampung, tempat bertanya dan mengadukan segala kesuh kesah. Setiap memiliki persoalan, mereka panggil Bung Karno. Mulai dari hal seperti membangun rumah mereka meminta Bung Karno yang bikin desainnya. Bahkan hingga hal-hal sepele seperti ketika ada yang kehilangan kerbau atau ketika orang hendak mengawinkan putrinya melapor ke Bung Karno.

Bung Karno akhirnya menikah dengan Fatmawati. Mereka menikah 1 Juni 1943. Saat itu Fatmawati berusia 20 tahun sedangkan Bung Karno berusia 41 tahun. Dari hasil pernikahan tersebut lahir lima orang : Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh.
Lebih dari setengah abad kisah tersebut terjadi namun kenangannya masih ada. Rumah tempat tinggal Fatmawati masih terawat dengan baik begitu pula rumah tempat soekarno diasingkan.

“O, Fatma, jang menjinarkan tjahja. Terangilah selaloe djalan djiwakoe, soepaja sampai dibahagia raja. Dalam swarganya tjinta-kasihmoe…. “ (kalimat rayuan Bung Karno kepada Fatmawati yang tertulis dalam sebuah surat cinta pada 11 September 1941).
Catatan November 2009
Fathoni Arief

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sopan lebih baik bukan berarti ga sopan mungkin tidak baik tapi yang pasti buruknya... (bingung kan??) :P