Halaman

Minggu, 26 September 2010

Siap Serius Bekerja



Jika sudah selesai dari suatu pekerjaan, maka tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain. 
(Al-Insyirah:7)

Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkisah,
“Aku melihat seorang pemuda, ia membuatku kagum. Lalu aku bertanya kepada orang-orang mengenai pekerjaannya. Mereka mengatakan bahwa ia tidak bekerja. Seketika itu pemuda tersebut jatuh martabatnya di mataku”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Pendapatan yang terbaik dari seseorang adalah hasil jerih payah tangannya”

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seorang lelaki yang kulit tangannya kasar, beliau bersabda,
“Tangan ini dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya”

Beliau juga bersabda,
“Jika qiamat telah datang, dan ketika itu kalian memiliki cangkokan tanaman, tanamlah!”

Kenapa perlu kerja??
Ternyata karena:

Beliau juga bersabda,
“Seseorang itu sudah cukup dikatakan sebagai pendosa jika ia menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggungannya”

Duduk di masjid menyibukkan diri dalam urusan agama, menuntut ilmu agama atau beribadah namun menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya, ia adalah seorang pendosa. Bekerja untuk menjaga iffah dirinya, istrinya dan anak-anaknya adalah ibadah.

Al Baihaqi dalam kitabnya, Syu’abul Iman, membawakan sebuah riwayat dari Umarradhiyallahu ‘anhu:
“Wahai para pembaca Qur’an (yaitu ahli ibadah), angkatlah kepada kalian, sehingga teranglah jalan. Lalu berlombalah dalam kebaikan. Dan janganlah menjadi beban bagi kaum muslimin”

Dan janganlah menjadi beban bagi orang lain. Muhammad bin Tsaur menceritakan, suatu ketika Sufyan Ats Tsauri melewati kami yang sedang berbincang di masjidil haram. Ia bertanya: ‘Kalian sedang membicarakan apa?’. Kami berkata: ‘Kami sedang berbincang tentang mengapa kita perlu bekerja?’. Beliau berkata:
“Carilah rezeki dari Allah dan janganlah menjadi beban bagi kaum muslimin”.

Pada kesempatan lain, Sufyan Ats Tsauri sedang sibuk mengurus hartanya. Lalu datanglah seorang pelajar menanyakan sebuah permasalahan kepadanya, padahal beliau sedang sibuk berjual-beli. Orang tadi pun lalu memaparkan pertanyaannya. Sufyan Ats Tsauri lalu berkata: ‘Wahai anda, tolong diam, karena konsentrasiku sedang tertuju pada dirhamku, dan ia bisa saja hilang (rugi)’. Beliau pun biasa mengatakan,
“Jika dirham-dirham ini hilang, para raja akan memanjakan diriku”

Ayyub As Sikhtiani berkata:
“Konsistenlah pada usaha dagangmu, karena engkau akan tetap mulia selama tidak berrgantung pada orang lain”

Agama kita tidak mengajak untuk miskin. Ali radhiallahu ‘anhu berkata:
“Andaikan kefaqiran itu berwujud seorang manusia, sungguh akan aku bunuh ia”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berdoa,
“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kekafiran dan kefaqiran”

Maka wajib bagi setiap muslim untuk bekerja, berusaha, bersungguh-sungguh dan tidak menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya. Orang yang hanya duduk diam, ia bukanlah mutawakkil (orang yang tawakal), melainkan ia adalahmutawaakil (orang yang lemah sehingga mempercayakan urusannya pada orang lain). Ini adalah kemalasan.

Orang yang inginnya meminta-meminta dari orang lain, Allah akan membukakan baginya pintu kefaqiran. Orang yang bekerja, dialah orang yang kaya. Karena kekayaan hakiki bukanlah harta, melainkan kekayaan jiwa. Orang yang kaya jiwanya tidak gemar meminta-minta kepada orang lain.

Manusia diciptakan di dunia agar mereka dapat bekerja, berusaha dan bersungguh-sungguh. Para nabi pun bekerja.

Semoga Allah Ta’ala memberi kita taufiq agar menjalankan apa yang Allah cintai dan ridhai.

Modal Otak v.s Duit

Unpredicted Market bukanlah hal asing, namun selalu ada kontrol-kontrol yang dapat dijadikan parameter yang berperan dalam alterasi kondisi pasar.


Market Value misalnya sangat bergantung pada dua aset utama, tangible assets dan intangible assets. Tangible assets berupa financial dan physical capital, sementara intangible assets berupa intellectual capital.

Senantiasa ada dua hal ini dalam suatu perusahaan yang sukses. Kelas ini bertujuan melahirkan pengusaha-pengusaha muda yang siap secara mental dan intelektual memikul beban suatu perusahaan. Sekonyong-konyong yang terbayang adalah uang dan benda-benda. Sehingga langkah mundur terbayang dibenak masing-masing pejuang usaha yang kehilangan modal ataupun propertynya. Pada kenyataannya, usaha tidak hanya dibentuk dengan uang dan barang, namun diperlukan modal lain selain keduanya, yaitu intellectual capital.

Orang-orang yang berpikir dengan pemikiran yang primitif selalu menginginkan hal-hal yang kontan. Menyadari dana yang dikeluarkan untuk pendidikan sangat mahal, pemikiran 'kontan'-nya mengatakan, gunakan saja uangnya sebagai modal usaha. Bisa langsung dapat untung. Tahun depan bisa panen. Dst. Namun jarang yang menyadari bahwa pendidikan adalah investasi untuk memperoleh suatu modal yang tidak terbilang besarnya, intellectual capital.

Banyak orang yang memiliki sejumlah uang, namun tidak mengetahui peluang investasi, selalu mencari-cari inovasi-inovasi dari para pemilik intellectual capital. Jika para pemilik modal memiliki uang 1T untuk investasinya, maka para pemilik intellectual capital memiliki inovasi yang harganya dapat menghabiskan seluruh modal si pemilik financial capital. Dengan kata lain, bisnis tanpa modal financial dan physical sangat mungkin bagi para pemilik intellectual capital. Investasi pendidikan akan memberikan GIANT POSSITIVE VALUE (GPV) bagi pelaksananya. Para pemikir jangka panjang yang berhasil merekonstruksi masa depan akan sadar dengan pentingnya pendidikan sebagai media melipatgandakan kapital yang terbatas.

Irisan yang sempurna dari intellectual capital of customers, organizations, and human akan melahirkan value yang sangat besar bagi suatu perusahaan. Pemilik modal finansial tentu akan sangat tertarik dengan GPV ini.

Inovasi hanya dilahirkan oleh orang yang memiliki human intellectual capital. Mereka 'merekonstruksi' masa depan, selalu berada dipuncak, dan terlibat dalam keputusan-keputusan penting.




4 Model Besar Inovasi:

1. Focused Factory

Fokus pada suatu bidang yang menjadi bakatnya dan mengawinkannya dengan strategi yang apik untuk menghasilkan solusi dalam menjawab tantangan zaman.

Tantangan zaman saat ini adalah masalah krisis energi. Seseorang akan bernilai jual tinggi jika berhasil memberikan inovasi baru terkait permasalahan krisis energi.

Negara yang menerapkan model ini adalah German dan Singapore.

2. Brute Force

Memukul pasar dengan telak, misalnya produksi suatu unit dalam jumlah yang sangat besar sehingga memenuhi market-market di dunia. Negara yang menggunakan model ini adalah Cina. Contohnya produk kalkulator yang dijual sangat murah (10ribu dapat 3). Indonesia melalui BPPT mencoba memasarkan kalkulator murah, namun masih berada di harga 11ribu, sehingga tidak dapat bersaing dengan produk dari Cina. Cina diuntungkan dengan sistem sosialisnya, bahwa pekerja tidak digaji, namun hanya dijamin makanan, asuransi, dan pendidikan anak sehingga memiliki biaya produksi yang sangat murah. Gaji hanya diberikan kepada orang yang bisa memberi lebih. Misal, jika seorang karyawan dalam sehari harus berhasil membuat dua produk, maka karyawan yang berhasil membuat 3 akan mendapatkan satu nilai gaji, 4 dua nilai gaji, dst.

Negara lain yang menggunakan model ini adalah India.

3. Hollyworld

Model yang diterapkan di Bangalone, suatu kota di India yang khusus dijadikan pusat inovasi IC. Di kota ini dibangun ribuan sekolah diploma untuk menciptakan inovasi IC yang baru.

Model ini dilaksanakan dengan menciptakan Global Creative Class yang menjadi pusat inovasi.

Helsinki dan Toronto termasuk kategori Global Creative Class disamping Bangalone tadi.

4. Large Scale Ecosystem

Model ini menerapkan sistem end-to-end yang dipadukan dengan mekanisme, badan penyantun, lembaga riset, struktur bisnis dan disertai kolaborasi akademik. Suatu sistem yang rumit namun berhasil diterapkan di Finlandia. Universitas Aalto (Inovasi) akan diresmikan di negara ini.

Finlandia adalah New Top One negara paling bahagia. Rakyat sejahtera, kebutuhan terpenuhi, tuntutan rakyat kepada pemerintah dapat diakomodasi, dan rakyat hidup dengan baik dan bahagia.

Jepang walaupun kesejahteraan masyarakatnya baik, namun workaholicnya menjadikan masyarakat tidak dapat menikmati hidupnya. Sementara amerika serikat dengan sistem dan keamanan yang terkendali serta materi yang tercukupi tidak menjadi negara paling bahagia karena kenyamanan hanya dirasakan oleh sebagian warga saja. Bangsa Negro yang berkebangsaan Amerika Serikat masih merasa tidak aman.