Halaman

Jumat, 22 Oktober 2010

Kata siapa, la ilaha illallah berarti 'Tidak ada Pencipta selain Allah'?

Dari uraian terdahulu, kita udah tau bahwa orang-orang musyrik di zaman Rasulullah mengakui ketuhanan Allah, tetapi hal itu belum berarti mereka telah bertauhid seperti yang menjadi tujuan dakwah Rasulullah kepada mereka. Kita juga udah tau bahwa yang diingkari oleh mereka adalah tauhid ibadah.
Orang-orang musyrik itu senantiasa berdoa kepada Allah di malam dan siang hari. Kemudian di antara mereka, ada yang berdoa kepada malaikat karena keshalihan dan kedekatan malaikat ini kepada Allah dengan harapan dapat memberikan syafaat kepada mereka. Atau ada juga dari mereka yang berdoa kepada orang-orang shalih seperti Latta, atau kepada seorang nabi, misalnya Isa.
Dan kita pun udah tau bahwa Rasulullah memerangi orang musyrik karena kesyirikan ini dan mengajak mereka agar mengkhususkan ibadah kepada Allah saja, sebagaiman firman Allah: "Maka janganlah kalian menyeru kepada seorang pun bersama Allah". (Al Jin :18)
Allah juga berfirman: "Hanya bagi Allah lah hak mengabulkan doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah itu tidak dapat memperkenankan sesuatu pun untuk mereka." (Ar-Ra'd 14)

Udah jelas juga bahwa Rasulullah memerangi orang-orang musyrik itu agar seluruh doanya hanya ditujukan kepada Allah, seluruh penyembelihan kurban hanya untuk Allah, seluruh nadzar hanya untuk Allah, permohonan pertolongan hanya kepada Allah, dan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah.

Kita udah tau, bahwa pengakuan mereka terhadap ketuhanan Allah belum memasukkan mereka kepada Islam; dan bahwa ibadah yang mereka tujukan kepada malaikat, para nabi atau para wali untuk mendapatkan syafaat serta taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah adalah hal-hal yang menjadikan darah dan harta mereka menjadi halal. Dengan demikian, kita udah tau apa maksud tauhid yang diseru oleh para rasul tetapi ditolak oleh orang-orang musyrik.

Inilah tauhid yang merupakan makna dari kalimat La ilaha illallah...
Ilah yang dimaksud orang musyrik adalah berkaitan dengan hal-hal tadi, baik berupa malaikat, nabi, wali, pohon, kuburan, atau jin. Mereka tidak pernah berprasangka bahwa makna ilaah yang dimaksud adalah yang menciptakan, yang memberi rizki, dan yang mengatur alam semesta, karena mereka mengakui semua itu adalah Allah. Akan tetapi, yang mereka maksudkan dengan ilah adalah seperti yang dimaksud dengan orang musyrik jaman kita ini dengan kata As-Sayyid. Dalam keadaan seperti itu, datanglah Nabi menyeru kepada kalimat tauhid yaitu La ila ha illallah.

Yang dimaksud dengan kalimat ini adalah maknanya, bukan sekedar pengucapannya. Orang-orang kafir yang bodoh pun tau bahwa maksud perkataan nabi adalah mengesakan Allah dengan selalu bergantung pada-Nya dan mengingkari serta berlepas diri dari semua bentuk sesembahan lain. Maka dari itu, ketika beliau menyeru kepada mereka : "Katakanlah, La ilaha illallah. Mereka menjawab, 'Apakah dia mau menjadikan sesembahan yang banyak ini menjadi satu sesembahan saja?? Sungguh, ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan." (Ash-Shad 5)

Nah, kalau kita udah tau bahwa orang kafir yang paling bodoh pun tau makna kalimat ini, maka aneh sekali dan sangat mengherankan kalau ada orang yang mengaku islam sementara dia tidak tau maknanya. Bahkan dia menyangka bahwa kalimat itu cukup sekedar diucapkan kata-katanya tanpa perlu diyakini maknanya dalam hati. Dan orang-orang pandai di kalangan ini pun menyangka bahwa makna kalimat tauhid adalah 'Tidak ada yang Menciptakan, yang memberi rezeki, yang mengatur urusan selain Allah.' Kalau lah benar mereka seperti itu, maka tidak lebih baik dari orang-orang kafir yang paling bodoh sekalipun, karena sebodoh-bodohnya orang kafir lebih tau tentang makna la ilaha illallah sehingga mereka enggak kalau diajak masuk islam.

Jumat, 15 Oktober 2010

Orang musyrik Mekah, mengakui Ketuhanan Allah. Kenapa diperangi??

La ilaaha illa Allah adalah kalimat tauhid.

Ketahuilah bahwasanya tauhid adalah mengesakan Allah dalam hal ibadah. Tauhid inilah agama para rasul yang diutus oleh Allah kepada para hamba-Nya.

Rasul pertama yang diutus oleh Allah kepada manusia adalah Nuh alaihissalam. Beliau diutus kepada kaumnya tatkala mereka terlalu berlebihan menghormati orang shaleh, yakni Wadd, Suwa', Yaghuts, dan Nasr.

Dalam shahih Bukhari terdapat sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Nama-nama itu adalah nama orang shaleh dari kalangan kaum Nuh. Tatkala mereka meninggal, setan membisikkan kepada kaumnya supaya ditempat-tempat mereka biasa berkumpul, dibangun patung-patung dan diberi nama dengan nama mereka. Kaumnya pun melakukannya, tetapi mereka tidak sampai melakukan penyembahan kepada patung-patung itu. Namun setelah generasi berganti, barulah patung-patung ini disembah oleh anak-anak cucu mereka."

Sedangkan rasul terakhir yang diutus Allah adalah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Beliaulah yang telah menghancurkan patung-patung orang shalih tersebut saat peristiwa Fathu Makkah. Saat itu ada 360 buah patung di sekitar Ka'bah dan dihancurkan dengan tongkatnya sambil membaca firman Allah: "Telah datang kebenaran dan binasalah kebatilan. Sesungguhnya kebatilan itu pasti binasa."

Beliau diutus oleh Allah kepada kaum yang banyak beribadah, berhaji, bersedekah, dan sering berdzikir kepada Allah, akan tetapi mereka masih menjadikan sebagian makhluk sebagai perantara antara mereka dan Allah. Mereka berkata, kami bermaksud agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dan kami menginginkan agar mereka memberi syafa'at kepada kami dihadapan Allah sebagaimana malaikat, Isa, Maryam, dan orang-orang shaleh selain mereka. Padahal Allah berkata: "Maka tidak bermanfaat kepada mereka syafaat dari para pemberi syafaat." (Al-Mudatsir: 48)

Maka Allah mengutus Muhammad untuk memperbarui agama nenek moyang mereka, yakni Ibrahim, dan memberitahukan kepada mereka bahwa segala bentuk pendekatan diri (taqarrub) dan keyakinan (i'tiqad) hanya khusus kepada Allah. Tidak boleh sedikitpun diberikan kepada yang lain, baik kepada malaikat yang dekat dengan Allah, atau nabi yang diutus, apalagi kepada yang lainnya...

Demikianlah, orang-orang musyrik itu pun bersaksi bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, tidak ada sekutu-Nya. Tidak ada yang memberi rizki selain Dia. Tidak ada yang mengatur segala urusan selain Dia. Dan bahwasanya seluruh langit beserta isinya, dan bumi beserta isinya pula, adalah hamba-hamba-Nya. Semuanya tunduk di bawah kekuasaan dan pengaturan-Nya.

Buktinya, bacalah Yunus:31. "Katakanlah, 'Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan??' Pasti mereka akan menjawab: 'Allah!' Maka katakanlah, 'Lantas, mengapa kalian tidak mau bertaqwa kepada-Nya?'

Baca juga Al-Mukminun 84-89. "Katakanlah kepada mereka, 'Kepunyaan siapakah bumi ini dan semua yang ada padanya, jika engkau mengetahui?' Mereka akan menjawab 'Kepunyaan Allah'. Katakanlah: 'Apakah kalian tidak mau sadar?' Katakanlah: 'Siapakah yang mempunyai langit yang tujuh dan yang mempunyai singgasana yang besar?' Mereka akan menjawab 'Kepunyaan Allah'. Katakanlah, 'Mengapa kalian tidak mau bertaqwa?' Katakanlah, 'Siapakah yang ditangan-Nya ada kekuasaan terhadap segala sesuatu, yang melindungi tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika engkau mengetahui?'"

Lantas mengapa mereka diperangi oleh Rasulullah?
Tentu sudah jelas jawabannya...