Halaman

Sabtu, 26 Februari 2011

Waduh untuk mu negeri-negeri Islam...


#1
Setiap hari kita belajar, bahwa tidak selamanya siang itu terang...
Kadang kelam berkabut, kadang gelap gerhana, dan kadang sendu berawan.
Namun, ancaman mengintai, tidak pernah tidur...
meski siang kelam, gelap dan sendu,
meski malam dingin, basah, dan suram,
tidak peduli.

Di rumah ini, kita lihat pembunuhan, penjarahan dan kesemena-menaan.
Namun,  dari belaian tangannya yang lembut, berhati-hatilah...
tamu-tamu yang singgah dari gerombolan yang tak mengenal batasan,
para pencuri dan pelaku kejahatan yang menumpahkan darah.

Ini rumah siapa??
hampir saja kita tidak mengenalinya.
Tiba-tiba, gelap, kehilangan cahaya.
DIMANA SAKELARNYA?!

Sekarang mereka ingin menguasai rumah kita.

Tangan hampa...
tak berdaya,
kecuali kembali kepada Kitab Robb-nya..
dan Sunnah Nabi-Nya.

Memanfaatkan cahayanya yang tidak pernah redup..
untuk menapaki lorong-lorong sempit di dalam rumah ini..
fitnah dan huru-hara yang sedang melanda.
Kemanakah bahtera ini membawa kita,
apakah keselamatan atau terpuruk dan karam?!

#2
Cita-cita dan angan-angan merekalah kehancuran rumah ini..
semua orang yang zhalim, iri, dengki dan serakah.
Namun, kesempatan, kitalah yang memberikan.

Di rumah ini, pernah tinggal Amru bin ‘Ash,
Sholaahuddin Al-Ayyubi,
Saifud Din Quthuz, Azh-Zhohr Baibers, Najmud Din Ayyub,
Al-Laits bin Sa’ad, Asy-Syafi’i, Ath-Thohawy, Ibnu Hajar, As-Suyuthi, Ibnu Daqiq Al-‘Id,
para pemimpin yang gagah berani serta ulama yang mulia.

Pemuda di rumah ini adalah para pemberani...
tokoh-tokohnya, laksana gunung yang menjulang..
wanita-wanitanya, merdeka!

Sekarang,
Lihatlah gunung itu, hancur berkeping karena tersedak dari perut sendiri...
Si pemberani, hanya menyisakan telapak kaki..
Orang yang merdeka mengkhawatirkan diri..

Rumah ini ingin dipukulratakan di tanah yang berpasir...
mendarahi anak-anaknya...
Mereka tidak perlu keluar peluru,
peluru itu, dari kita sendiri..
Mereka tidak perlukan palu,
palu itu, palu kita sendiri..

#3
Bertakwalah kepada Allah di rumah-rumah,
mesjid-mesjid dan tempat-tempat ibadah.

Pasir di jalanan terhempas oleh langkah kemarahan..
sedang para pelaku kriminal menyusup dan mencuri kesempatan.
Merusak harta dan menghancurkan bangunan...
sang penyeru tidak mampu menangkap, menghalangi, atau bahkan menahan.

Tentara meninggalkan tugasnya menjaga perbatasan,
berperang melawan di dalam, mengalirkan deras darah di jalanan,
dan rumah-rumah dihancurkan, pun kehormatan.
Mengganti bata retak dengan pasir di jalan.

#4
Hari ini kesepakatan tercipta,
dia harus diruntuhkan.
Lantas ketika matahari terbit esok pagi,
akan dimulai suatu sesi perdebatan..
tentang siapa yang menggantikan.

Kelompok ini sangat banyak, dan keinginan pun beragam.
Sesama mereka ada perselisihan pun pertentangan,
berharap mewarisi satu kekuasaan.

Keburukan mereka tidak lebih sedikit,
dan rumah ini akan terus berada dalam kekacauan,
tidak ada kendali dan entah akan berakhir kapan.

Maka janganlah mengangguk kepada mereka!
Janganlah keluar bersama mereka!
Kembalilah menata ruangan.

Dan jika kalian bersabar dan bertakwa
tidak akan membahayakan kalian tipu-daya mereka sedikitpun
sesungguhnya Allah maha meliputi apa yang mereka perbuat.

Akan terjadi fitnah-fitnah, orang yang duduk lebih baik dari pada orang yang berdiri.
Dan orang yang berdiri lebih baik dari pada orang yang berjalan.
Dan orang yang berjalan lebih baik dari pada orang yang berlari.
Siapa  mengikuti atau menginginkannya, maka fitnah akan membinasakannya.

Maka tetaplah dirumah .. ta’atilah seruan Robb dan Nabi kita ini,
tahanlah lidah dan laksanakanlah yang difardhukan.
Alangkah agungnya apa yang Dia tunjukkan,
alangkah buruknya ajakan orang jahil, demonstran, dan pelaku keonaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sopan lebih baik bukan berarti ga sopan mungkin tidak baik tapi yang pasti buruknya... (bingung kan??) :P